D I K G R O U P

Mengenal Audience TikTok

TikTok didominasi oleh Gen Z dan milenial awal—generasi yang tumbuh bersama media sosial dan punya kebiasaan konsumsi konten yang cepat, spontan, dan visual. Mereka cenderung cepat bosan dan terbiasa scrolling dalam hitungan detik, sehingga konten yang tidak menarik sejak detik pertama akan dengan mudah dilewatkan. Oleh karena itu, detik pertama sangatlah krusial. Audiens ini lebih menyukai konten singkat, autentik, dan relatable—yang terasa dekat dengan kehidupan mereka. Sebagian besar juga menonton TikTok tanpa suara, jadi penggunaan teks atau closed caption dan voice over sangat penting agar pesan tetap tersampaikan dengan efektif.

Copywriting Awareness: Membangun Koneksi Tanpa Terasa Jualan

Copywriting untuk TikTok harus dirancang untuk membangun koneksi emosional dengan audiens, bukan hanya sekadar menyampaikan informasi. Tujuannya adalah agar mereka merasa terhubung, tertarik, dan akhirnya mengenal brand tanpa merasa sedang "dijualin". Teknik menulis yang baik akan membantu meningkatkan interaksi, menciptakan rasa akrab, dan membentuk persepsi positif terhadap brand. Gaya bahasanya harus santai, ringan, dan menggunakan kalimat yang sering digunakan audiens, agar terasa lebih natural.

Framework IDEA: Membangun Ketertarikan Lewat Konten

Untuk membentuk interest, kamu bisa menggunakan framework IDEA yang terdiri dari empat pendekatan:

  • Inspire, seperti success story, biografi tokoh, before-after, atau cerita tentang kehidupan setelah meraih tujuan.
  • Discussion, seperti pertanyaan terbuka, polling, minta feedback, atau sesi “Ask Me Anything” agar audiens merasa didengarkan.
  • Educate & Entertain, lewat quotes, tips & tricks, how-to atau tutorial, hack/shortcut, berita terkini, hingga potongan interview—semuanya dikemas dengan gaya yang ringan dan menghibur.
  • Attachment, menciptakan keterikatan emosional lewat konten seperti behind the scenes, cerita personal, atau ucapan terima kasih kepada audiens yang membuat mereka merasa dihargai.

Hook: Pemicu Perhatian dalam 3 Detik Pertama

Hook adalah kalimat atau visual pembuka yang harus langsung menarik perhatian dalam 2–3 detik pertama. Ciri hook yang efektif adalah tidak terduga, menyentuh problem audiens, menjanjikan manfaat, dan membangkitkan rasa penasaran. Tujuannya adalah memicu emosi—seperti marah, sedih, kaget, iri, atau cemas—dan membuat audiens mau lanjut menonton sampai akhir. Hook juga harus bisa menciptakan efek "zero to one", yaitu membuat penonton menyadari sesuatu yang belum mereka ketahui sebelumnya.

Story: Jembatan dari Hook ke Solusi

Setelah perhatian berhasil ditarik lewat hook, konten perlu disambung dengan storytelling yang kuat. Format yang umum digunakan adalah Zero to Hero—berawal dari masalah yang relatable, lalu masuk ke konflik atau proses, dan berakhir pada solusi yang memberikan perubahan. Fungsi cerita ini adalah untuk mempertahankan perhatian audiens, membuat mereka merasa terlibat secara emosional, dan membuka jalan untuk memperkenalkan solusi atau produk dengan cara yang halus namun meyakinkan.

Solusi: Menjawab Masalah Audiens

Setelah membangun koneksi dan menarik perhatian, konten beralih ke tahap menunjukkan solusi. Di sinilah kamu memperkenalkan produk atau jasa sebagai jalan keluar dari masalah yang sebelumnya sudah diangkat. Pastikan solusi ini disampaikan secara relevan, logis, dan terasa memang dibutuhkan oleh audiens. Jangan langsung hard-selling—bangun dulu rasa percaya dan ketertarikan, baru tawarkan produk sebagai jawaban.

Penjabaran Produk / Jasa: Jelas, Singkat, Relevan

Saat menyampaikan produk atau jasa, jelaskan manfaatnya secara langsung dan sederhana. Hindari istilah teknis yang sulit dipahami, cukup fokus pada apa yang penting bagi audiens. Contohnya, daripada membahas komposisi bahan panjang lebar, lebih baik langsung sampaikan manfaat nyatanya seperti “mencerahkan tanpa iritasi” atau “lebih hemat waktu dan tenaga”. Penjelasan ini harus terasa relevan dan menjawab keresahan utama audiens.

Social Proof: Bukti Nyata yang Membangun Kepercayaan

Agar audiens percaya, kamu perlu menunjukkan bukti. Social proof bisa berupa cuplikan video gudang, proses pengiriman, sertifikasi BPOM dan HALAL, testimoni pelanggan, hingga tampilan rating bintang atau jumlah penjualan produk. Tanda “Mall” di e-commerce, promo gratis ongkir, dan kupon diskon juga bisa jadi nilai tambah. Bukti-bukti ini memperkuat kredibilitas dan mendorong rasa ingin mencoba karena produk terasa terbukti berhasil dan dipercaya banyak orang.

CTA (Call to Action): Arahkan Audiens untuk Bertindak

Bagian akhir konten harus mengarahkan audiens ke tindakan spesifik. Gunakan CTA yang jelas, singkat, dan mudah diikuti. Contohnya: “Cek keranjang kuning sekarang!”, “Klik link di bawah buat dapetin diskonnya!”, atau “Langsung klik bio sebelum kehabisan!”. CTA yang efektif membantu audiens tahu langkah selanjutnya dan mendorong mereka untuk melakukan aksi nyata baik itu membeli, klik link, atau menyimpan video untuk nanti.

Restu Rizqina

Prev Post
Peran AI dalam Industri Kreatif
Next Post
Unlock the power of Gen AI